IPS

Pertanyaan

apa hubungan antar kesultanan Demak dan kesultanan Banten

1 Jawaban

  • 1Kerajaan Demak didirikan oleh Raden Fattah (Raden Patah) atau Pangeran Jinbun sekitar tahun 1500. Ia adalah putra Prabu Brawijaya Kertabhumi, raja Majapahit terakhir, dari seorang selir asal Cina (Djajadiningrat, 1983: 266; Muljana, 1968: 95).

    Pada tahun 1478 terjadilah penyerbuan terhadap Majapahit oleh Kediri. Prabu Brawijaya gugur dalam pertempuran itu, dibunuh oleh Senapati Udara, seorang patih Kediri. Dengan demikian Prabu Giri Indra Wardhana, Raja Kediri, mengambil alih kekuasaan Majapahit. Tapi pada tahun 1498 Prabu Indra Wardhana dibunuh pula oleh Patih Udara dalam satu pemberontakan, yang kemudian, Patih Udara mengangkat dirinya menjadi Raja Majapahit dengan gelar Prabu Udara.

    Perubahan politik di pusat pemerintahan Majapahit ini merupakan salah satu faktor yang mendorong semangat Raden Fattah untuk lebih giat lagi mengembangkan daerahnya, Bintaro, menjadi daerah kuat dengan santri-santrinya yang dididik keprajuritan. Di samping itu, penyebaran agama Islam lebih ditingkatkan sehingga sebagian besar masyarakat pesisir utara Jawa memeluk agama Islam. Hal ini dapat dikaitkan dengan dorongan moril Sunan Giri kepada Raden Fattah bahwa dialah yang lebih berhak menjadi raja Majapahit dibandingkan dengan Prabu Udara. Dengan kata lain, jika Raden Fattah menyerang Prabu Udara dalam rangka merebut pusat pemerintahan Majapahit, maka peristiwa tersebut ditafsirkan sebagai usaha untuk mengambil pusaka orang tuanya sendiri. Karenanya, beberapa raja di pesisir utara Jawa menganggap pemerintahan Prabu Udara atas Majapahit ini tidak sah.

    Hubungan yang tidak harmonis antara daerah-daerah pesisir utara dangan pusat pemerintahan Majapahit, mengakibatkan ekonomi menjadi lemah. Karena sebagaimana telah dijelaskan, bahwa daerah-daerah pesisir utara Jawa adalah kota-kota pelabuhan dagang, yang merupakan sumber pemasukan devisa yang sangat potensial untuk kas negara, melalui perdagangan ekspor-impornya. Krisis ekonomi yang berkepanjangan ini pada gilirannya merusak kesatuan sosial kehidupan masyarakat dan secara tidak langsung ikut melemahkan kekuatan Majapahit.

    Dalam keadaan kerajaan yang tidak menentu akibat penolakan rakyat secara the jure terhadap pemerintahannya, pengaruh Islam maju cukup pesat di pesisir utara Jawa, ditambah keadaan kehidupan sosial-ekonomi rakyat yang semakin memburuk — yang pada akhirnya menyebabkan kewibawaan pemerintah pusat menurun — maka Prabu Udara mengadakan hubungan persahabatan dengan Portugis di Malaka.

    Dengan membawa hadiah-hadiah yang berharga, pada tahun 1512 berangkatlah utusan Majapahit menemui Alfonso d’Albuquerque di Malaka (Berg, 1952: 385). Mendengar tindakan Prabu Udara itu, Raden Fattah dibantu beberapa raja pesisir segera mengadakan penyerangan besar-besaran terhadap Majapahit pada tahun 1517. Melalui pertempuran hebat dan banyak memakan korban akhirnya Majapahit dapat dikalahkan. Prabu Udara dan beberapa pengikut setianya melarikan diri ke Bali, Pasuruan dan Blambangan. Semua barang kebesaran Majapahit dipindahkan ke Bintaro, yang selanjutnya menjadi ibu kota Kerajaan Demak. Maka pada masa Raden Fattah, di Pulau Jawa hanya ada dua kerajaan Hindu, yakni Kerajaan Pajajaran di Jawa Barat dan Kerajaan Blambangan di Pasuruan.

    Raden Fattah mempunyai tiga orang putra: Pangeran Muhammad Yunus, Pangeran Sekar Seda Lepen dan Pangeran Trenggono. Sebagai putra raja, mereka dilatih dalam urusan pemerintahan untuk dipersiapkan menjadi pemimpin negara sepeninggal orang tuanya. Dalam hal ini, Muhammad Yunus, sebagai putra tertua, diangkat menjadi Patih Demak, yang bertugas sebagai pendamping raja dalam segala urusan kenegaraan; sehingga ia disebut Patih Yunus atau Patih Unus.

    Patih Yunus yakin bahwa Portugis adalah musuh besar umat Islam. Mereka selalu berusaha menghancurkan negara-negara Islam. Ini mereka buktikan sendiri dengan menjajah Kesultanan Malaka dan di Malaka pedagang-pedagang yang beragama Islam selalu dipersulit dengan berbagai peraturan dan pajak yang tinggi. Orang Portugis bekerja sama dengan kerajaan-kerajaan Hindu untuk menghancurkan Kerajaan Islam di Nusantara. Kerajaan Hindu lebih senang bersahabat dengan bangsa asing, Portugis, dibanding bersahabat dengan kerajaan Islam di Jawa. Persahabatan Majapahit dengan Portugis lebih meyakinkan Patih Yunus untuk menyerang dan menghancurkan Portugis di Malaka.

    Maka pada tahun 1512, setelah mendapatkan izin ayahnya, bersama dengan 90 buah kapal jung yang berkekuatan 12.000 prajurit dilengkapi dengan meriam-meriam buatan sendiri, berangkatlah armada Demak ke Malaka. Perang besar terjadi di Selat Malaka pada tahun 1513, tapi karena pertahanan armada Portugis lebih kuat dan lebih berpengalaman dalam pertempuran laut, maka pasukan Demak pulang dengan membawa kekalahan. Patih Yunus sendiri pulang dengan sebuah jung ke Jepara, bandar kerajaan Demak. Setelah penyerangan Malaka itu, Patih Yunus bergelar Pangeran Sabrang Lor (Berg, 1952:
    Maaf kalau salah jg lupa di kasih terbaikya

Pertanyaan Lainnya