Contoh teks cerpen tentang buah rambutan. Minimal 4 paragraf
B. Indonesia
sherenjp
Pertanyaan
Contoh teks cerpen tentang buah rambutan. Minimal 4 paragraf
1 Jawaban
-
1. Jawaban Alwi1412
Ini pohon, pohon rambutan. Pohon tak bertuan. Hidup sendirian. Tiada teman, tiada sejawat. Tumbuh di tepi jalan, di tepi sawah. Pohon yang menawan. Menawan karena lebat buahnya kelewat-lewat. Menyebarkan ribuan buah "ciplat" yang menerbitkan air liur, harta karun yang siapa saja boleh memperebutkan. Siapa saja yang sempat lewat, menggaet buahnya biar sebiji cuma, ia tahu pasti, rasanya kepati-pati. Siapa saja yang pernah merasakannya, bakal ketagihan. Selalu kaki-kakinya mengajak melangkah ke sana, walau jauhnya puluhan kilometer. Delima Mekah buah sorga. Korma nabi korma sejati, anggur Bordeaux, duren Bangkok, klengkeng Malang, ya ya ya, katanya, katanya.
Penuh keheranan, anak-anak menatap pohon rambutan. Satu dua anak meraba batangnya. Sedap hari mereka melewatinya, setiap kali mereka keheranan. Kenapa sekarang pohon ini tak berbuah padahal musin rambutan sudah datang. Ada yang salah? Begitu pikir mereka.
"He, rambutan," kata anak perempuan. "Apa kamu sedang ngambek? Kenapa kali ini kamu tidak berbuah?"
"He, rambutan," kata anak lelaki, temannya. "Kamu ngambek karena anak-anak perempuan paling banyak makan buahmu, ya!"
"Wow!" seru anak-anak perempuan itu sambil mengeroyok anak lelaki itu yang lari melompat parit.
Anak-anak sekolah itu biasa berebut buah rambutan itu dengan para petani yang sedang menggarap sawah. Penuh canda dan semangat, melompat dari cabang yang satu ke cabang lainnya yang penuh bergayutan buah rambutan yang memancing lidah hingga basah oleh selera. Selera yang bermacam itu akhirnya menyatu pada rambutan ini. Anak-anak madrasah itu juga berebut dengan para pedagang, perempuan maupun laki-laki, yang mengambil istirahat di bawah pohon itu. Anak-anak perempuan tidak perlu naik pohon. Mereka cukup menggaetnya karena buahnya banyak yang hamper menyentuh tanah. Mereka juga punya peraturan, rambutan tidak boleh dijual. Hanya direbut untuk dimakan, tidak boleh dibawa pulang.
Para pedagang itu mengayuh sepedanya yang penuh barang dagangannya, hasil kulakan dari kota ke desa masing-masing. Buah rambutan itu satu-satunya hiburan mereka yang didapat tanpa mengeluarkan biaya.
Siapa pun yang berebut harta karun itu- termasuk anak-anak madrasah itu –sama sekali tidak tahu, ada satu rahasia: dahulu, puluhan tahun sebelumnya, datanglah seorang laki-laki tua yang berteduh di bawah pohon rambutan itu. Laki-laki tua itu, seorang pengembara yang menjelajah dari kota ke desa, dari gunung ke lembah, dari daratan ke lautan, dari pasar ke mat dan laza pusat perbelanjaan kota. Mengunjungi para pegawal negeri, pemulung, pengemis, dan para pengamen, tentara, polisi, serta para petani dan perambah hutan. Laki-laki tua itu tidak dikenal, kecuali oleh pohon rambutan itu. Persahabatan yang dalam antara kedua makhluk yang berbeda jasadnya itu menyebabkan pohon rambutan subur berbuah. Rasanya, tak habis-habisnya buahnya diperebulkan begitu banyak orang.
Dahulunya, pohon rambutan itu meranggas. Hampir mati. Lalu berdoalah pohon itu dengan kencang. Dalam doanya, jika sudah tidak berguna, pohon rarnbutan itu ingin dimatikan secepatnya. Sedang jika Tuhan masih memberinya hidup, karuniai kesuburan batangnya dan rimbun buahnya. Lalu Tuhan rnenghadirkan adegan ini: meletuslah pertempuran antara para prajurit yang dipimpin Jenderal Sudirman melawan militer Bclanda yang terus menindas. Tembak-menembak terjadi di sekitar pohon rambutan itu. Para prajurit. Republik berlindung di balik pohon rambutan itu, di pematang sawah, selokan, dan di semak-semak bantaran sungai.
Sementara para prajurit Republik menembak satu dua letusan, pasukan militer Belanda dengan mobil bajanya terus mernuntahkan pelurunya tak habis-habisnya di samping gelegar kanon dari daerah pertahanan di kota.